Apa Itu Candlestick?
Dalam trading saham, cryptocurrency, forex, komoditas, atau opsi, salah satu analisis yang sering digunakan adalah analisis teknikal.
Analisis teknikal adalah analisis terhadap pergerakan harga di masa lalu untuk memprediksi pergerakan harga di masa depan. Dengan analisis teknikal, kita bisa tahu kapan saat yang tepat untuk beli dan jual (misal: saham).
Untuk lebih memahami analisis ini, sobat Finansialku bisa baca artikel tentang analisis teknikal.
Dalam menganalisis pergerakan harga, ada 3 jenis grafik yang kamu dapat digunakan yaitu line chart, bar chart, candlestick chart.
Dibandingkan jenis grafik lainnya, candlestick lebih umum digunakan dan memiliki kelebihan dapat menunjukkan pergerakan harga tertinggi, terendah, pembukaan, dan penutupan dari suatu saham pada periode tertentu.
Pergerakan harga terbentuk dari adanya mekanisme adu kekuatan antara penjualan dan pembelian. Jika jumlah penjualan lebih besar dari jumlah pembelian, maka harga akan turun.
Sebaliknya jika jumlah penjualan lebih kecil dari jumlah pembelian, maka harga akan naik. Mekanisme adu kekuatan antara penjualan dan pembelian inilah yang akan tercermin dalam candlestick.
Dalam satuan waktu, candlestick dapat terbentuk dalam menit, jam, harian, bulanan, dan tahunan. Dan dari setiap skala waktu tersebut, bentuk sebuah candlestick bisa saja berbeda-beda.
Sama seperti menggunakan teropong, kamu bisa menganalisis candlestick dari skala waktu besar ke skala waktu kecil untuk mendapatkan gambaran lebih mendetail dari suatu keadaan.
[Baca juga: Mengetahui Pola Chart Pattern dan Kegunaannya dalam Trading]
Sejarah candlestick bisa dibaca di sini:
Sejarah Candlestick Chart dan Munehisa Honma
Sebelum kamu mengerti mengenai pola candlestick, ada baiknya kamu mengetahui dulu bagaimana cara membaca sebuah candlestick.
Cara Membaca Candlestick?
Mari kita bedah komponen dari candlestick melalui gambar berikut ini:
Komponen candlestick terdiri dari:
Badan (Body)
Badan candlestick menunjukan rentang harga pembukaan dan harga penutupan perdagangan yang terbentuk selama satu satuan waktu (menit, jam, harian, bulanan, atau tahunan).
Jika harga penutupan lebih tinggi dari harga pembukaan, maka candlestick akan berwarna hijau (harga saham naik karena pembelian > penawaran).
Sebaliknya, jika harga penutupan lebih rendah dari harga pembukaan, maka candlestick akan berwarna merah (harga saham turun karena penjualan > pembelian).
Semakin panjang badan candlestick, maka semakin intens tekanan pembelian dan penjualan saham.
Semakin pendek badan candlestick, maka pergerakan semakin minim (harga pembukaan dan harga penutupan berdekatan) dan merepresentasikan konsolidasi harga saham.
Ekor (Wick/Shadow)
Ekor candlestick menunjukan titik terendah dan titik tertinggi dari pergerakan harga selama satu satuan waktu (menit, jam, harian, bulanan, atau tahunan).
Jika ekor memanjang ke bawah, artinya selama periode waktu tersebut penjualan sempat mendominasi dan harga bergerak turun, namun pembelian kembali naik sehingga berbalik arah.
Jika ekor memanjang ke atas, artinya selama periode waktu tersebut pembelian sempat mendominasi dan harga bergerak naik, namun pembelian kembali turun sehingga berbalik arah.
Semakin panjang ekor candlestick, maka semakin intens kekuatan penjualan atau pembelian mendominasi selama periode waktu, sehingga harga selama perdagangan jauh melampaui harga pembukaan dan harga penutupan.
Semakin pendek ekor candlestick, maka penjualan atau pembelian diperdagangkan tidak terlalu berfluktuasi dari harga pembukaan atau harga penutupan.
Jenis-jenis Pola Candlestick
Thomas Bulkowski dalam bukunya yang berjudul Encyclopedia of candlestick Charts, terdapat 105 jenis pola candlestick.
Dari 105 pola candlestick, ditemukan hanya ada 7 pola candlestick yang memiliki keberhasilan antara 50% hingga 67%, sisanya memiliki tingkat keberhasilan di bawah 50%.
Walaupun pola candlestick dapat memberikan sinyal trend harga secara cepat, namun kamu perlu hati-hati dalam memilih candlestick sebagai acuan trading.
Saking banyaknya pola candlestick ini, seringkali membuat trader menjadi kesulitan dalam menghafal dan menganalisa pola candlestick yang muncul.
Selain itu, analisa pola candlestick tidak bisa berjalan sendirian. Kamu juga perlu belajar tentang teknik analisa teknikal lainnya selain pola candlestick.
Idealnya, candlestick ini dikombinasikan dengan analisa tren, support & resistance, dan indikator lain sebagai konfirmasi atas sinyal.
[Baca Juga: Definisi Uptrend Adalah & Definisi Downtrend Adalah]
Pola candlestick bisa terbentuk dari satu, dua, atau tiga candlestick. Secara umum, pola candlestick akan menunjukkan:
- Tren pembalikan atau perubahan tren (reversal pattern).
- Tren lanjutan (continuation pattern).
Misal: tadinya tren harga naik (bullish), kemudian berbalik menjadi turun (bearish).
Misal: Tren masih terus melanjutkan kenaikan/penurunan dari candlestick sebelumnya.
Pola Dasar Candlestick (1 candlestick)
Kamu tidak perlu menghafal 150 pola candlestick. Jika kamu ingin mahir dalam analisa pola candlestick, maka berikut ini pola dasar 1 candlestick yang kamu harus ketahui.
‘Marubozu’
‘Marubozu’ dalam bahasa Jepang berarti “dominan”. Tipe candlestick ‘Marubozu’ tidak memiliki ekor dan full body.
Pola ‘Marubozu’ dengan warna hijau menunjukkan kondisi trend naik (bullish). Hal ini berarti harga pembukaan sama dengan harga terendah, dan harga penutupan sama dengan harga tertinggi.
Kondisi ini menunjukkan pembeli mendominasi penuh pergerakan harga dari pembukaan hingga penutupan. Biasanya, ini menunjukkan trend naik (bullish) atau perubahan trend (reversal).
Sedangkan pola ‘Marubozu’ warna merah, menunjukkan kondisi trend turun (bearish). Hal ini berarti harga pembukaan sama dengan harga tertinggi, dan harga penutupan sama dengan harga terendah.
Kondisi ini menunjukkan penjual mendominasi penuh pergerakan harga dari pembukaan hingga penutupan. Biasanya, ini menunjukkan trend turun (bearish) atau perubahan trend (reversal).
‘Spinning Tops’
Pola ‘‘Spinning Tops’’ adalah candlesticks dengan ekor yang panjang pada kedua sisinya. Warna body candle bisa hijau ataupun merah, dan ekor bisa berukuran panjang ataupun pendek.
Pola ‘Spinning Tops’ menunjukkan adanya kekuatan yang hampir berimbang antara bullish dan bearish (dalam keadaan mengambang).
Jika pada pola candlestick menunjukkan adanya ‘Spinning Tops’ pada kondisi trend naik (bullish), maka kamu perlu berhati-hati.
Kondisi ini bisa berarti trend mulai melemah sehingga mungkin akan terjadi perubahan trend ataupun jeda, demikian berlaku sebaliknya.
‘Doji’
Pola ‘Doji’ adalah pola dimana harga pembukaan sama dengan harga penutupan, sehingga tidak terbentuk adanya body candle (hanya berupa garis). Artinya, ada pertarungan yang seimbang antara penjual dan pembeli.
Jika pola ‘Doji’ muncul setelah rally pola candlestick dengan badan yang panjang, maka Kamu perlu berhati-hati karena artinya trend mulai melemah.
Namun ketika muncul pola ‘Doji’, jangan terburu-buru juga untuk membeli / menjual.
Kamu bisa mengonfirmasi adanya reversal dengan menunggu terbentuknya candlestick berikutnya, yaitu candlestick hijau (bullish reversal) atau candlestick merah (bearish reversal).
Berikut ini berbagai pola ‘Doji’ yang dapat muncul:
‘Hammer’ & Hangin’ Man
Pola ‘Hammer’ dan ‘Hanging Man’ ini mirip, namun bisa memberikan sinyal yang berbeda, tergantung pada trend pergerakan harga yang terjadi sebelum pola candlestick ini muncul.
Pola ‘Hammer’ yang muncul saat trend turun, memberikan sinyal adanya pola pembalikan ke arah naik (bullish reversal pattern). Pola ‘Hammer’ menjadi tanda bahwa harga sudah menyentuh dasarnya dan akan segera beranjak naik.
Ekor yang panjang mengindikasikan bahwa penjual masih berusaha mendorong harga semakin turun, namun pembeli berhasil menunjukkan kekuatan dan menutup harga di atas harga pembukaan.
Kebalikannya, pola ‘Hanging Man’ yang muncul saat trend naik, memberikan sinyal adanya pola pembalikan ke arah turun (bearish reversal pattern).
Pola ‘Hanging Man’ menjadi tanda bahwa harga sudah menyentuh puncak dan akan segera beranjak turun.
Ekor yang panjang mengindikasikan bahwa penjual berusaha untuk mengambil alih untuk mendorong harga turun, namun pembeli masih bisa menunjukkan kekuatan walaupun harga penutupan tidak bisa melampaui harga pembukaan.
Walaupun muncul pola ‘Hammer’ dan ‘Hanging Man’, namun jangan terburu-buru untuk mengambil keputusan beli/jual. Kamu bisa mengonfirmasi dari pembentukan candlestick berikutnya (misal: ‘Marubozu’) atau menggunakan indikator lain.
‘Inverted Hammer’ & ‘Shooting Star’
Mirip seperti pola ‘‘Hammer’’ dan ‘‘Hanging Man’’, namun pola candlestick ‘Inverted Hammer’’ dan ‘‘Shooting Star’’ menunjukkan sinyal yang berbeda, tergantung pada trend pergerakan harga yang terjadi sebelum pola candlestick ini muncul.
Pola ‘Shooting Star’ muncul ketika terjadi trend naik. Sedangkan pola ‘Inverted ‘Hammer’’ muncul ketika tren turun.
Pola ‘‘Shooting Star’’ berarti penjual mulai berusaha untuk mengambil alih pasar, namun pembeli masih bisa menujukkan kekuatan walaupun pada akhirnya harga ditutup di bawah harga pembukaan. Trend kenaikan sudah menunjukkan tanda pelemahan.
[Baca juga: Mengapa Traders Saham Harus Tahu Candlestick]
Pola ‘Inverted Hammer’’ berarti pembeli mulai menunjukkan kekuatan untuk mengambil alih pasar, namun penjual masih bisa menjukkan kekuatan walaupun pada akhirnya harga ditutup naik di atas harga pembukaan.
Trend penurunan sudah menunjukkan tanda pelemahan.
Kesimpulan
Bagaimana setelah mempelajari dasar untuk pola candlestick? Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kamu trader pemula dalam saham, cryptocurrency, forex, dll yaa…
Dari pemahaman tentang pola 1 candlestick, kamu akan lebih mudah memahami jika bertemu pola 2 atau 3 candlestick.
Tentunya, analisa pola candlestick ini tidak bisa menjadi penentu satu-satunya dalam pengambilan keputusan beli/jual. Kamu harus belajar juga analisa teknikal lainnya.
Dan yang paling penting kamu harus terus berlatih dan berlatih mengasah jam terbangmu dalam trading.